Kita sering gagal meneladani akhlak Nabi bukan karena tidak tahu, tapi karena hanya fokus pada hasil akhirnya saja, yaitu akhlaknya, tanpa memahami akar yang menumbuhkannya.
Padahal, akhlak yang mulia adalah buah dari ketekunan dan keikhlasan dalam beribadah. Kalau ibadah kita khusyu’ dan istiqamah, insyaAllah akan lahir akhlak yang baik dengan sendirinya.
Namun, ibadah yang khusyu’ dan istiqamah pun sulit terwujud, jika pondasi aqidah dan rasa “24 jam bersama Allah” belum tumbuh dalam diri kita.
🌺 Beda Akhlak dan Adab
Kalau Adab bisa dipelajari, bisa dilatih, bahkan bisa ditiru dari orang lain. Tapi Akhlak itu berbeda. Akhlak adalah buah dari ibadah dan kemurnian hati.
Ia tak bisa dibuat-buat, tak bisa di-"citrakan". Ketika seseorang sedang menghadapi masalah, tekanan, atau ujian hidup, di situlah akhlak aslinya (akhlak original) akan muncul, apakah dia tetap sabar, jujur, dan lembut, atau justru sebaliknya.
Maka, orang-orang yang berakhlak baik sejatinya adalah mereka yang telah menata aqidah dan ibadahnya dengan benar, Dari sanalah akan lahir kemampuan bermuamalah yang baik, yakni berinteraksi dengan sesama manusia dengan mentalitas seorang sebagai “Hamba dan Khalifah Allah SWT.”
🌼 Suasana Kajian yang Gayeng dan Hangat
Kajian kali ini terasa begitu gayeng karena Cak Tofik dulunya tumbuh dan berkembang di lingkungan Sambiroto ini. Sejak kecil beliau sudah akrab dengan masyarakat di sini, sehingga ibu-ibu jama’ah Aisyiyah pun sudah mengenalnya dengan baik.
Tak ada jarak antara ustadz dan jama’ah, senyum, canda, dan kelakar yang beliau sampaikan terasa akrab dan mengena. Suasana pengajian pun menjadi santai, hangat, tapi tetap penuh makna dan hikmah.


Posting Komentar untuk "Pengajian Gayeng bersama Cak Tofik, Ranting Aisyiyah Sambiroto Sambikerep"